MAKALAH
HAMBATAN
INTELEKTUAL DAN LAYANAN BIMBINGANNYA
Di ajukan
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen: Hanikah, S.Pd
Disusun oleh:
1. DWI ANGGRAENI 100641228
2. SANDI 100641121
3. TRIELIANA FEBRIANI 100641333
Kelas :
B3
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU DAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
2012
KATA PENGANTAR
Rasa
syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya makalah ini
dapat kami selesaikan sesuai yang kami harapkan. Kami juga bersyukur atas
berkat rizki dan kesehatan yang diberikan-Nya kepada kami sehingga kami dapat mengumpulkan
bahan-bahan materi makalah ini dari berbagai sumber.
Makalah
ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah bimbingan anak
berkebutuhan khusus. Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
segala hal yang mengenai pengertian hambatan intelektual, ciri khusus, penyebab
terjadinya ketunagrahitaan serta cara penanganannya juga assesmen yang cocok
untuk tunagrahita.
Kami
mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai waktunya. Semoga makalah ini memberikan
informasi di masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi
kita semua.
Cirebon,
Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
......................................................................................................... i
DAFTAR ISI
......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang....................................................................................................
B.
Rumusan
Masalah ..............................................................................................
C.
Tujuan.................................................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
TUNAGRAHITA............................................................................
1.
Peristilahan ......................................................................................
2.
Pengertian
.......................................................................................
B.
KLASIFIKASI
ANAK TUNAGRAHITA.......................................................
C.
PENYEBAB
DAN CARA PENCEGAHAN KETUNAGRAHITAAN
1.
Penyebab
............................................................................................
2.
Usaha
Pencegah ketunagrahitaan........................................................
D.
KARAKTERISTIK
ANAK TUNAGRAHITA......................................
1.
Karakter
Umum...................................................................................
2.
Karakter
Khusus..................................................................................
E.
KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN JENIS PELAYANAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA
1.
Kebutuhan
Pendidikan........................................................................
2.
Ciri
Khas Pelayanan............................................................................
3.
Strategi
dan Media..............................................................................
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.........................................................................................................
B.
Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pendidikan
merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun
emosi sosialnya sehingga mereka dapat
hidup dalam lingkungan
sekitarnya. Melalui pendidikan
anak bisa berkembang dengan lebih
baik dan lebih
optimal. Varitas progresivitas
perkembangan anak sangat individual. Setiap
individu berkembang sesuai
dengan irama perkembangannya. Pendidikan yang diberikanpun
sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.
Anak tunagrahita merupakan individu
yang utuh dan unik. Mereka seperti anak-anak pada umumnya,
memiliki hak untuk mendapatkan layanan
pendidikan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Mereka memiliki hambatan
intelektual tapi mereka
juga masih memiliki potensi
yang dapat dikembangkan
sesuai dengan kapasitas
yang dimiliki oleh mereka
dan sesuai dengan
kebutuhan mereka. Oleh karena itu maka
layanan pendidikan yang diberikan
kepada mereka diupayakan dapat mengembangkan potensi mereka secara optimal sesuai dengan kebutuhan mereka.
Pemahaman terhadap mereka baik
secara teori maupun praktis
sangat diperlukan supaya
para professional dapat
memberikan layanan pendidikan
yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar berlakang diatas, maka
dapat dirumuskan masalah adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan
pengertian hambatan intelektual atau tunagrahita!
2. Jelaskan
klasifikasi hambatan intelektual!
3. Jelaskan
faktor penyebab terjadinya ketunagrahitaan dan cara pencegahannya!
4. Jelaskan
karakteristik anak tunagrahita!
5. Jelaskan
layanan bimbingan hambatan intelektual
6. Bagaimana
assesmen yang cocok untuk anak tunagrahita!
C.
TUJUAN
Adapun tujuan yang diambil dari rumusan
masalah diatas adalah:
1. Dapat
mengetahui pertian hambatan intelektual.
2. Dapat
mengklasifikasikan hambatan intelektual.
3. Dapat
mengetahui faktor penyebab terjadinya ketunagrahitaan dan cara pencegahannya.
4. Dapat
mengetahui karakteristik anak tunagrahita.
5. Dapat
mengetahui layanan bimbingan yang tepat untuk anak tunagrahita.
6. Dapat
mengetahui penilaian yang cocok untuk hambatan intelektual.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
TUNAGRAHITA
1. Peristilahan
Banyak istilah yang digunakan untuk
menyebut mereka yang kondisi kecerdasannya di bawah rata-rata. Dalam bahasa
Indonesia istilah yang pernah digunakan misalnya otak lemah, lemah ingatan,
lemah pikiran, retardasi mental, terbelakangan mental, cacat grahita, dan
tunagrahita. Dalam bahasa asing dikenal dengan istilah mental retardation, mental deficincy, mental handicapped, feebleminded,
mental subnormality. Istilah lain yang banyak digubakan adalah intellectually handicapped dan intellectually disabled.
Beragam istilah yang digunakan
disebabkan oleh perbedaan latar belakang keilmuan dan kepentingan para ahli
yang mengemukakannya. Namun demikian, semua istilah tersebut tertuju pada
pengertian yang sama, yaitu menggambarkan kondisi terlambat dan terbatasnya perkembangan
kecerdasan seseorang sedemikian rupa jika dibandingkan dengan rata-rata atau
anak pada umumnya disertai dengan keterbatasan dalam perilaku penyesuaian.
Kondisi ini berlangsung pada masa perkembangan.
2. Pengertian
Dalam dunia pendidikan ditemukan
anak-anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata anak pada umumnya dan
cepat dalam belajar. Disamping itu
ada juga anak-anak yang memiliki kecerdasan
di bawah rata-rata
pada umumnya. Anak-anak yang
memiliki kecerdasan di bawah
rata-rata anak pada
umumnya disebut anak
terbelakang mental (mentally retarded),
istilah resmi yang
digunakan di Indonesia
adalah anak tunagrahita (PP No.
72 Tahun 1991). Anak tunagrahita adalah
anak yang secara signifikan memiliki kecerdasan di bawa rata-rata anak
pada umumnya dengan
disertai hambatan dalam
penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya. Mereka mengalami
keterlambatan dalam segala
bidang dan itu sifatnya
permanen. Rentang memori mereka
pendek terutama yang berhubungan
dengan akademik, kurang dapat berpikir abstrak dan pelik. Untuk anak-anak tunagrahita
tertentu dapat belajar akademik yang sifatnya aplikatif. Anak tunagrahita
secara signifikan memiliki
kecerdasan di bawah
rata-rata anak normal pada
umumnya, maknanya bahwa
perkembangan kecerdasan (Mental
Age atau disingkat MA) anak
berada di bawah
pertumbuhan usia sebenarnya. Anak tunagrahita adalah anak yang
mengalami keterbelakangan kecerdasan dan kekurangmatangan aspek mental lainnya
dan sosialnya sedemikian rupa, yang terjadi selama masa perkembangan, sehingga
untuk mencapai perkembangan yang optimal diperlukan pelayanan dan pengajaran
dengan program khusus.
Tunagrahita
berkenaan dengan fungsi
intelektual di bawah
rata-rata pada umumnya yang
terjadi selama periode
perkembangan dan disertai
dengan hambatan dalam
prilaku adaptif. Fungsi intelektual berada dibawah rata-rata pada
umumnya berkaitan dengan hasil atau performance pada tes
inteligensi yang standar
sekurang-kurangnya berada di bawah satu standar deviasi di bawah
rata-rata.
Pada masa
perkembangan maksudnya bahwa ketunagrahitaan itu terjadi pada masa-masa perkembangan
yaitu pada rentang
kelahiran sampai usia
16 tahun. Prilaku adaptif berkaitan dengan
adaptasi individu terhadap kebutuhan lingkungannya. Hambatan prilaku adaptif dapat
digambarkan dalam kematangan, pembelajaran, dan atau penyesuaian sosial.
Hambatan prilaku adaptif
dipertimbangkan sebagai pemenuhan
syarat-syarat standar dan norma prilaku yang tepat untuk kelompok umur
kronologis individu.
B. KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA
Pengklasifikasian tunagrahita sangat penting dilakukan
karena untuk mempermudah guru dalam menyusun program dan melaksanakan layanan
pendidikan. Pengklasifikasian inipun bermacam-macam sesuai dengan disiplin ilmu
maupun perubahan pandangan terhadap keberadaaan tunagrahita.
Klasifikasi yang digunakan di Indonesia pada saat ini
sesuai dengan PP 72 tahun 1991 adalah sebagai berikut:
1.
Tunagrahita ringan IQ nya 50-70
2.
Tunagrahita sedang IQ nya 30-50
3.
Tunagrahita berat dan sangat berat IQ nya kurang dari
30
Selain klasifikasi di atas adapula pengelompokan
berdasarkan kelainan jasmani yang disebut tipe klinis. Tipe-tipe klinis yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1.
Down sindrome (mongoloid)
2.
Kretin (cebol)
3.
Hydrocephal
4.
Microcepal
5.
Macrocephal
C. PENYEBAB DAN CARA PENCEGAHAN KETUNAGRAHITAAN
1.
Penyebab
Seseorang menjadi tunagrahita disebabkan oleh berbagai
faktor. Para ahli membagi faktor penyebab tersebut atas beberapa kelompok.
Strauss membagi faktor penyebab ketunagrahitaan menjadi dua gugus yaitu endogen
dan eksogen. Faktor endogen apabila letak penyebabnya pada sel keturunan dan
eskohen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya infeksi, virus menyerang
otak, benturan kepala yang keras, radiasi, dan lain-lain. (Moh. Amin, 1995:62).
Cara lain yang digunakan dalam pengelompokan faktor
penyeban ketunagrahitaan adalah berdasarkan waktu terjadinya, yaitu faktor yang
terjadi sebelum lahir (prenatal), saat
kelahiran (natal), dan setelah lahir (postnatal). Berikut ini akan dibahas
beberapa penyebab ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik yang berasal dari
faktor keturunan maupun faktor lingkungan.
a.
Faktor keturunan
Penyebab
kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan meliputi hal-hal berikut:
1)
Kelainan kromosom
2)
Kelainan gene
b.
Ganguan Metabolisme Gizi
Metabolisme
dan gizi merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan individu terutama
perkembangan sel-sel otak. Kegagalan dalam metabolisme dan kegagalan dalam pemenuhan
kebutuhan akan gizi dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan fisik maupun
mental pada individu. Berikut ini
akan dibahas beberapa
kelainan yang disebabkan
oleh kegagalan metabolisme dan
kekurangan gizi pada
penderitanya yang diadaptasi
dari Handbook of Care
and Training for
Developmental Abilities (Japan
League for The Mentally Retarded, 1989:10-14).
1) Phenyketonuria
Kelainan
merupakan salah satu akibat gangguan metabolisme asam amino. Diantara gejala utama yang nampak adalah tunagrahita,
kekurangan pigmen, microcephaly, kejang-kejang saraf serta kelainan tingkah
laku.
2) Gargoylism
Gargoylism disebabkan
oleh adanya kerusakan
metabolisme saccharide yang
menjadi tempat penyimpanan asam mucopolysaccharide di dalam hati, limpa
kecil dan otak. Tanda-tanda khusus penderita
adalah adanya berbagai
ketidaknormalan dalam tinggi
badan, kerangka tubuh tidak
proposional, tengkorak kepala
besar, telapak tangan
lebar dan pendek, leher yang
pendek, lidah besar dan menonjol, persendian kaku, dan tunagrahita.
3)
Cretinism
Kelainan ini disebabkan oleh hypothyroidism kronik
yang terjadi selama masa janin dan segera
setelah dilahirkan. Gejala utama yang nampak adalah adanya ketidaknormalan
fisik yang khas dan
ketunagrahitaan. Berat ringannya
kelainan tergantung pada
tingkat kekurangan thyroxin. Pada
penderita ini, gejala
kelainan biasanya nampak
mulai bulan kelima setelah
dilahirkan. Gejala tersebut diawali
dengan kurangnya nafsu makan,
anak menjadi sangat pendiam, jarang tersenyum dan tidur berlebihan.
c. Infeksi dan
Keracunan
Diantara
penyebab terjadinya ketunagrahitaan
adalah adanya infeksi dan keracunan yang mana
terjadi selama janin
masih berada dalam
kandungan ibunya. Infeksi
dan keracunan ini tidak
langsung tapi lewat
penyakit-penyakit yang dialami
ibunya, diantaranya adalah penyakit yang timbul karena virus rubella,
syphilis, toxoplasmosis, dan keracunan yang berupa: gravidity syndrome yang
beraun, kecanduan alkohol, obata-obatan atau narkotika.
d. Trauma dan
Zat Radioaktif
Ketunagrahitaan
dapat juga disebabkan karena terjadinya trauma pada beberapa bagian tubuh
khususnya pada otak ketika bayi dilahirkan dan terkena radiasi zat radioaktif
selama hamil.
1) Trauma Otak
Trauma otak yang
terjadi pada kepala
dapat menimbulkan pendarahan intracranial
yang mengakibatkan terjadinya
kecacatan pada otak. Trauma yang terjadi pada
saat dilahirkan biasanya disebabkan karena kelahiran yang sulit sehingga
memerlukan alat bantu (tang).
2) Zat Radioaktif
Ketidaktepatan penyinaran
atau radiasi sinar
x selama bayi
dalam kandungan
mengakibatkan tunagrahita microcephaly.
Janin yang terkena zat radioaktif pada
usia tiga sampai enam
minggu pertama kehamilan
sering menyebabkan kelainan
pada berbagai organ, karena
pada masa ini
embrio mudah sekali
terpengaruh. Kelainan yang
nampak antara lain: langit-langit yang tinggi, hidung kuda,
septum nasal yang melengkung, telinga kecil,
gigi yang bertumpuk,
garis telapak tangan
seperti garis telapak
tangan kera. Janin yang terkena
zat radioaktif setelah
tiga bulan kehamilan mengakibatkan bayi menderita microcephaly dan
tunagrhaita disertai ketidaknormalan pada
kulit. (pigmentasi dan vertiligo), serta kelainan organ
visual.
e. Masalah pada
Kelahiran
Kelainan dapat
juga disebabkan oleh
masalah-masalah yang terjadi
pada waktu kelahiran (perinatal),
misalnaya kelahiran yang
disertai hypoxia dapat
dipastikan bahwa bayi yang
dilahirkan menderita kerusakan
otak, menderita kejang,
nafas yang pendek.
f. Faktor Lingkungan (Sosial Budaya)
Berbagai penelitian
telah dilakukan oleh
para ahli untuk
mengetahui pengaruh
lingkungan terhadap fungsi
intelek anak. Paton
dan Polloway (1986:188)
melaporkan bahwa
bermacam-macam pengalaman negatif atau kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan menjadi
salah satu penyebab
ketunagrahitaan. Penelitian lain melaporkan bahwa anak tunagrahita banyak
ditemukan pada daerah yang memiliki tingkat
sosial ekonomi rendah,
hal ini disebabkan
ketidakmampuan lingkungan memberikan
stimulus yang diperlukan
selama masa-masa perkembangannya.
Misalnya studi yang dilakukan oleh Kirk (Triman P., 1982:25) menunjukkan bahwa
anak yang berasal dari
dari keluarga yang
memiliki tingkat sosial
ekonominya rendah menunjukkan
kecenderungan mempertahankan mentalnya
pada taraf yang
sama bahkan prestasi belajarnya semakin kurang seiring dengan
meningkatnya usia. Ketidakseimbangan nutrisi/gizi dan perawatan medis baik anak
maupun ibu hamil, banyak dijumpai
juga pada keluarga
tingkat sosial ekonomi
rendah ini sehingga menimbulkan efek yang merugikan pada
perkembangan anak.
2.
Usaha pencegahan ketunagrahitaan
Dengan ditemukannya berbagai
penyebab ketunagrahitaan sebagai hasil penyelidikan oleh para ahli, seyogyanya
diikuti dengan berbagai upaya pencegahannya.
Berbagai alternatif upaya pencegahan
yang disarankan antara lain berikut ini.
a.
Penyuluhan genetik, yaitu suatu usaha
mengkomunikasikan berbagai informasi mengenai masalah genetika. Penyuluhan ini
dapat dilakukan melalui media cetak dan elektonik atau secara langsung melalui
posyandu dan klinik.
b.
Diagnostik prenatal, yaitu usaha pemeriksaan kehamilan
sehingga dapat diketahui lebih dini aakah janin mengalami kelainan atau tidak.
c.
Imunisasi, dilakukan terhadap ibu hami maupun anak
balita. Dengan imunisasi ini dapat dicegah penyakit yang mengganggu
perkembangan bayi/anak.
d.
Tes darah, dilakukan terhadap pasangan yang akan
menikah untuk menghindari kemungkinan menurunkan benih-benih kelainan.
e.
Melalui program keluarga berencana, pasangan suami
istri dapat mengatur kehamilan dan menciptakan keluarga yang sejahtera baik
fisik dan psikis
f.
Tindakan operasi, hal ini dibutuhkan bila ada
kelahiran dengan resiko tinggi misalnya kekurangan oksigen, adanya trauma pada
masa perinatal (proses kelahiran).
g.
Sanitasi lingkungan, yaitu mengupayakan terciptanya
lingkungan yang baik, sehingga tidak menghambat perkembangan bayi/anak.
h.
Pemeliharaan kesehatan, terutama pada ibu hamil,
penyediaan vitamin, menghindari radiasi dan sebagainya.
i.
Inversi dini, dibutuhkan oleh para orang tua agar
dapat membantu perkembangan anaknya secara dini.
Selain cara-cara tersebut di atas terdapat pula cara
umum, yaitu dengan meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui peningkatan
sosial-ekonomi, penyuluhan kepada masyarakat mengenai pendidikan dini.
D. KARAKTERISTIK ANAK TUNAGRAHITA
1.
Karakteristik umum
Berikut ini dikemukakan karakteristik anak tunagrahita
secara umum berdasarkan adaptasi dari James D. Page (Suhaeri Hn: 1979) sebagai
berikut.
a.
Akademik
Kapasitas
belajar anak tunagrahita sangat terbatas, lebih-lebih kapasitasnya mengenai
hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan membeo (rote learning)
dari pada dengan pengertian. Dari ke hari mereka membuat kesalahan yang sama.
Mereka cenderung menghindar dari perbuatan berfikir. Mereka mengalami kesukaran
memusatkan perhatian dan lapang minatnya sedikit. Mereka juga cenderung cepat
lupa, sukar membuat kreasi baru, serta rentang perhatiaanya pendek.
b.
Sosial/Emosinal
Dalam
pergaulan, anak tunagrahita tidak dapat mengurus diri, memelihara dan memimpin
diri. Ketika masih muda mereka harus dibantu terus karena mereka mudah
terperosok ke dalam tingkah laku yang kurang baik. Mereka cenderung bergaul
atau bermain dengan ank yang lebih muda darinya. Kehidupan penghayatanya
terbatas. Mereka juga tidak mampu menyatakan rasa bangga atau kagum. Mereka
mempunyai kerpribadian yang kurang dinamis, mudah goyah, kurang menawan dan
tidak berpandangan luas, mereka juga mudah bersugesti atau dipengaruhi sehingga
tidak jarang mudah terperosok ke hal-hal yang tidak baik, seperti mencuri,
merusak, dan pelanggaran seksual.
c.
Fisik/kesehatan
Baik
struktur maupun fungsi tubuh pada umumnya pada anak tunagrahita kurang dari
anak normal mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua
dari anak normal. Sikap dan gerakannya kurang indah bahkan diantaranya banyak
yang mngalami cacat bicara. Pendengaran dan penglihatannya banyak yang kurang
sempurna kelainan ini bukan pada organ tetapi pada pusat pengolahan otak
sehingga mereka melihat, tetapi tidak memahami apa yang dilihatnya, mendengar,
tetapi tidak dapat memahami yang didengarnya.
2.
Karakteristik Khusus
Berikut ini akan dikemukakan karakteristik anak
tunagrahita menurut tingkat ketunagrahitaannya.
a.
Karakteristik tunagrahita ringan
Meskipun
tidak dapat menyamai anak normal yang seusia dengannya mereka masih dapat
belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Pada usia 16 tahun atau
lebih mereka dapat mempelajari bahan yang tingkat kesukarannya sama dengan
kelas 3 atau kelas 5 SD. Kematangan belajar membaca baru dicapainya pada umur 9
tahun sampai 12 tahun sesuai dengan berat dan kelainannya. Sesudah dewasa
banyak diantara mereka yang mampu berdiri sendiri. Pada usia dewasa kecerdasaanya
mencapai usia anak normal 9 dan 12 tahun.
b.
Karakteristik anak tunagrahita sedang
Anak
tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik.
Perkembangan bahasanya lebih terbatas dari anak tunagrahita ringan. Mereka
berkomunikasi dengan beberapa kata. Mereka dapat membaca dan menulis, seperti
namanya sendiri, alatnya, nama orangtuanya dan lain-lain. Dan mereka mengenal
angka-angka tanpa mengerti artinya.
c.
Karakteristik anak tuangrahita berat dan sangat berat
Anak
tunagrahita berat dan sangat berat sepenjang hidupnya selalu tergantung pada
pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidakdapat memelihara diri sendiri
(makan, berpakaian, ke WC, dan sebaginya harus dibantu). Mereka tidak dapat
membedakan bahaya dan tidak bahaya. Mereka juga tidak dapat berbicara kalaupun
berbicara mereka hanya mampu mengucapkan kata-kata atau tanda sederhana saja.
3.
Karakteristik/ ciri-ciri pada masa perkembangan
Pengenalan ciri-ciri pada perkembangan ini sangat
penting artinya, karena segara dapat diketahui tanpa mendatangkan ahli terlebih
dahulu. Beberapa ciri dapat dijadikan indikator adanya kecurigaan berbeda
dengan anak pada umumnya menurut Triman Prasadio (1982) adalah sebagai berikut.
a.
Masa bayi
Ciri-ciri
bayi tunagrahita tampak mengatuk saja, apatis, tidak pernah sadar, jarang
menagis, kalau mengais terus menerus, tarlambat duduk, bicara, dan berjalan.
b.
Masa kanak-kanak
Ciri-ciri
tunagrahita ringan (yang lambat) memperlihatkan ciri-ciri sukar mulai dengan
sesuatu, sukar untuk melanjutkan sesuatu, mengerjakan sesuatu berulang-ulang,
tetapi tidak ada variasi, tampak penglihatannya kosong, melamun, ekspresi muka
tanpa ada pengertian. Tunagrahita ringan (yang cepat) memperlihatkan ciri-ciri
mereaksi cepat tetapi tidak tepat tampak aktif sehingga memberi kesan bahwa ank
ini pintar. Pemutusan perhatian sedikit, hiperaktif, bermain dengan tngannya
sendiri, cepat bergerak tanpa dipikirkan terlebih dahulu.
c.
Masa sekolah
Ciri-ciri
yang mereka munculkan adalah:
1.
Adanya kesulitan belajar pada hampir semua mata
pelajaran (membaca, menulis dan berhitung)
2.
Prestasi yang kurang
3.
Kebiasaan kerja yang tidak baik
4.
Perhatian yang kurang beralih
5.
Kemampuan motorik yang kurang
6.
Perkembangan bahasa yang jelek
7.
Kesulitan menyesuaikan diri
4.
Masa puber
Ciri-cirinya pertumbuhan fisik berkembang normal,
tetapi perkembangan berfikir dan kepribadian dibawah usianya. Akibatnya ia
mengalami kesulitan dalam pergaulan dan mengendalikan diri. Perubahan yang
dimiliki remaja tunagrahita sama halnya dengan remaja biasa.
E. KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN JENIS PELAYANAN BAGI ANAK
TUNAGRAHITA
1.
Kebutuhan pendidikan
Sama halnya dengan anak normal anak tunagrahita
membutuhkan pendidikan. Pendidikan dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan
sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh individu.
a.
Landasan untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan
1)
Landasan sebagai alasan adanya kebutuhan pendidikan
bagi anak tunagrahita.
2)
Landasan sebagai perlunya pencapaian kebutuhan
pendidikan bagi anak tunagrahita.
3)
Landasan sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan.
4)
Tujuan pendidikan anak tunagrahita.
Kelainan anak tunagrahita mengalami kesukaran dalam mencoba menghampiri
tujuan pendidikan nasional. Untuk itu diperlukan usaha untuk merumuskan tujuan
khusus pendidikan anak tunagrahita. Tujuan pendidikan anak tunagrahita seperti
yang di ungkapkan oleh Kirk (1986) adalah (a) dapat mengembangkan potensi dengan
sebaik baiknya;(b) dapat menolong diri, berdiri sendiri, dan berguna bagi
masyarakat; (c) memiliki kehidupan lahir batin yang layak.
2.
Jenis layanan bagi anak tunagrahita
Pendidikan
luar biasa khususnya pendidikan anak tunagrahita bukanlah program pendidikan
yang seluruhnya terpisah dan berbeda dari pendidikan umum. Pendidikan luar
biasa yang termasuk pendidikan tunagrahita hanyalah menunjuk kepada aspek-aspek
yang unik seperti hal-hal yang merujuk jarak khusus karena kelainannya, untuk ini
akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan jenis layanan anak tunagrahita.
1.
Tempat dan sistem layanan
a)
Tempat khusus atau sistem segregasi
Tempat pendidikan yang termasuk
sistem segregasi adalah sebagai berikut:
1)
Sekolah khusus
2)
Sekolah dasar luar biasa
3)
Kelas jauh
4)
Guru kunjung
5)
Lembaga perawatan
b)
Di sekolah umum dengan sistem integrasi
Berikut ini beberapa tempat
pendidikan yang termasuk sistem integrasi (adaptasi dari Moh. Amin 1995)
1)
Di kelas biasa tanpa kekhususan baik bahan pelajaran
maupun guru
2)
Di kelas biasa dengan guru konsultan
3)
Di kelas biasa dengan guru kunjung
4)
Di kelas biasa dengan ruang sumber
5)
Di kelas khusus sebagian waktu
6)
Kelas khusus
2.
Ciri khas pelayanan
a.
Ciri-ciri khusus
1)
Bahasa yang digunakan
2)
Penempatan anak tunagrahita di kelas
3)
Ketersediaan program khusus
b.
Prinsip khusus
1)
Prinsip skala perkembangan mental
Prinsip ini menekankan pada
pemahaman guru mengenai usia kecerdasan anak tunagrahita.
2)
Prinsip kecekatan motorik
Melalui prinsip ini anak tunagrahita
dapat mempelajari sesuatu dengan melakukannya.
3)
Prinsip keperagaan
Dengan alat peraga anak tunagrahita
tidak verbalisme atau memiliki tanggapan mengenai apa yang dipelajarinya.
4)
Prinsip pengulangan
Dalam mengajarkan anak tunagrahita
janganlah cepat-cepat maju atau pindah ke bahan berikutnya sebelum guru yakin
betul bahwa anak telah memahami bahan yang dipelajarinya.
5)
Prinsip kolerasi
Bahan pelajaran dalam bidang
tertentu hendaknya berhubungan dengan bidang lainnya.
6)
Prinsip maju berkelanjutan
Pelajaran diulangi terlebih dahulu
dan apabila anak menunjukan kemajuan segera diberi bahan berikutnya.
7)
Prinsip individualisasi
Menekankan perhatian dan pada
perbedaan individual anak tunagrahita, belajar sesuai dengan iramanya sendiri
namun harus berinteraksi dengan teman atau lingkungannya
3.
Strategi dan media
a.
Strategi pembelajaran pada anak tunagrahita pada
prinsipnya sama tidak berbeda dengan pendidikan pada umumnya. Pada prinsipnya
menentukan strategi pembelajaran harus memperhatikan tujuan pelajaran,
karakteristik murid dan ketersediaannya sumber.
b.
Media
Media pembelajaran yang digunakan
pada pendidikan anak tunagrahita tidak berbeda dengan media yang digunakan
dengan pada pendidikan anak biasa. Hanya saja membutuhkan media seperti alat
bantu belajar yang lebih banyak mengingat keterbatasan kecerdasan
intelektualnya.
4.
Evaluasi
Memang pada
dasarnya tujuan evaluasi sama dengan evaluasi pada pendidikan anak biasa yakni
untuk mengetahui kemampuan dan ketidakmampuan anak sehingga dapat menentukan
tindakan selanjutnya. Berikut ini akan dikemukakan ketentuan-ketentuan khusus
dalam melaksanakan evaluasi belajar anak tunagrahita.
a.
Waktu mengadakan evaluasi belajar anak tunagrahita
tidak saja dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berakhir atau pada
waktu yang telah ditetapkan, seperti waktu tes prestasi belajar atau tes hasil
belajar, tetapi tidak kalah pentingnya evaluasi selama proses belajar mengajar.
b.
Alat evaluasi yangdigunakan pada pendidikan anak
normal maka alat evaluasi yang diguanakan untuk menilai hasil belajar anak tunagrahita
tidk berbeda, kecuali dalam bentuk dan urutan penggunaannya.
c.
Kriteria keberhasilan pada anak tunagrahita adalah
longitudine maksudnya penilaian yang mengacu pada perbandingan prestasi
individu atas dirinya sendiri yang dicapainya kemarin dan hari ini.
d.
Pencatatan hasil evaluasi anak tunagrahita berbentuk
kuantitatif tetapi ini saja tidak cukup jadi harus ditambahkan dengan
kualitatif.
Proses belajar yang terbaik untuk semua orang adalah dengan “learning by doing” yaitu belajar melalui
kegiatan nyata untuk memperoleh pengalaman. Inilah yang dimaksud dengn “belajar aktif’, atau “pembelajaran partisipatori”. Artinya,
anak mempelajari pengetahuan / keterampilan baru melalui berbagai kegiatan dan
metode pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami keterbelakangan kecerdasan dan
kekurangmatangan aspek mental lainnya dan sosialnya sedemikian rupa, yang
terjadi selama masa perkembangan, sehingga untuk mencapai perkembangan yang
optimal diperlukan pelayanan dan pengajaran dengan program khusus.
Adapun cara mengidentifikasi seorang anak termasuk tunagrahita yaitu
melalui beberapa indikasi sebagai berikut:
1. Penampilan
fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar,
2. Tidak dapat
mengurus diri sendiri sesuai usia,
3. Perkembangan
bicara/bahasa terlambat
4. Tidak
ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
5. Koordinasi
gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),
6. Sering
keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).
Ketunagrahitaan disebabkan oleh faktor
keturunan danbukan keturunan. Faktor keturunan kerusakan pada sel keturunan,
seperti kerusakan kromosom, gen dan salah satu atau kedua orang tua menderita
kelainan atau hanya sebagai pembawa sifat. Faktor diluar sel keturunna
diantaranya karena faktor kekurangan gizi, kecelakaan dan gangguan metabolisme.
Secara umum karakteristik anak
tunagrahita ditinjau dari segiakademik, sosial/emosional, fisik/kesehatan.
Disamping perlu pula ditinjau berat dan ringannya ketunagrahitaan sehingga
perlu dibahas karakteristik ketunagrahitaan ringan, tunagrahita sedang, dan
tunagrahita berat dan sangat berat.
Tempat pendidikan anak tunagrahita ialah
tempat khusus terutama bagi anak tunagrahita yang kelainannya sedang dan berat.
Sedangkan tunagrahita ringan dapat ditempatkan di sekolah umum dengan segala
variasinya yang disesuaikan dengan keadaan anak tersebut.
Evaluasi belajar anak tunagrahita
mengacu pada evaluasi belajar anak biasa. Hanya saja perlu dimodivikasi dalam
waktu pelaksanaan evaluasi, alat evaluasi, kriteri keberhasilan dan pencatatan
hasil evaluasi.
B.
SARAN
Kita sebagai sesama manusia hendaknya
saling menghormati dan menolong antar sesama, begitupula dengan penyandang
tunagrahita. Mereka sama seperti kita dan ingin diperlakukan sama, mendapat perhatian
dan pendidikan yang layak agar mereka dapat menolong mereka sendiri tanpa
bantuan orang lain dan berguna bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Astanti. Dkk.
(2002). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Putragaluh.
Deden. (2011). Bimbingan Anak
Berkebutuhan Khusus. [Online].Tersedia: http://dedenputragaluh.blogspot.com/2011/11/bimbingan-anak-berkebutuhan-khusus.html [10 Oktober
2012]
_. (2012). Definisi Anak Berkebutuhan Khusus. [Online].
Tesedia: http://griyasavingnet.blogspot.com/2012/02/definisi-anak-berkebutuhan-khusus.html [10 Oktober 2012]
___. (2010). Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus. [Online].
Tersedia: http://iryafickry.wordpress.com/2010/05/02/karakteristik-anak-berkebutuhan-khusus/ [10 Oktober
2012]
___. (2012). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. [Online].
Tersedia: http://11071nfs.blogspot.com/2012/05/pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus.html [10 Oktober
2012]
___. (2011). Bimbingan Anak Bekebutuhan Khusus.[Online].
Tersedia: http://achmadblue.blogspot.com/2011/03/bimbingan-anak-berkebutuhan-khusus.html [10 Oktober
2012]
Terima kasih..🙏
BalasHapus