Kamis, 18 Desember 2014

MAKALAH : HAMBATAN INTELEKTUAL DAN LAYANAN BIMBINGANNYA



MAKALAH
HAMBATAN INTELEKTUAL DAN LAYANAN BIMBINGANNYA
Di ajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen: Hanikah, S.Pd









Disusun oleh:
1.      DWI ANGGRAENI             100641228
2.      SANDI                                   100641121
3.      TRIELIANA FEBRIANI    100641333
                     
                  Kelas : B3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU DAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
2012


KATA PENGANTAR


Rasa syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang kami harapkan. Kami juga bersyukur atas berkat rizki dan kesehatan yang diberikan-Nya kepada kami sehingga kami dapat mengumpulkan bahan-bahan materi makalah ini dari berbagai sumber.
Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah bimbingan anak berkebutuhan khusus. Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang segala hal yang mengenai pengertian hambatan intelektual, ciri khusus, penyebab terjadinya ketunagrahitaan serta cara penanganannya juga assesmen yang cocok untuk tunagrahita.
Kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai waktunya. Semoga makalah ini memberikan informasi di masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.




Cirebon, Oktober  2012

Penulis








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I    PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang....................................................................................................
B.     Rumusan Masalah ..............................................................................................
C.     Tujuan.................................................................................................................
BAB II   PEMBAHASAN
A.    DEFINISI TUNAGRAHITA............................................................................
1.      Peristilahan ......................................................................................
2.      Pengertian .......................................................................................
B.     KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA.......................................................
C.     PENYEBAB DAN CARA PENCEGAHAN KETUNAGRAHITAAN         
1.      Penyebab ............................................................................................
2.      Usaha Pencegah ketunagrahitaan........................................................
D.    KARAKTERISTIK ANAK TUNAGRAHITA......................................
1.      Karakter Umum...................................................................................
2.      Karakter Khusus..................................................................................
E.     KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN JENIS PELAYANAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA   
1.      Kebutuhan Pendidikan........................................................................
2.      Ciri Khas Pelayanan............................................................................
3.      Strategi dan Media..............................................................................
BAB III  PENUTUP
A.    Kesimpulan.........................................................................................................
B.     Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

 


BAB I
PENDAHULUAN

A.       LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya  lebih progresif   baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat  hidup  dalam  lingkungan  sekitarnya.  Melalui  pendidikan  anak  bisa  berkembang dengan  lebih  baik  dan  lebih  optimal.  Varitas  progresivitas  perkembangan  anak  sangat individual.  Setiap  individu  berkembang  sesuai  dengan  irama  perkembangannya. Pendidikan yang diberikanpun sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.
Anak  tunagrahita merupakan  individu  yang utuh  dan unik. Mereka  seperti anak-anak pada  umumnya,  memiliki  hak  untuk  mendapatkan  layanan  pendidikan  sesuai  dengan kebutuhan  mereka.  Mereka  memiliki  hambatan  intelektual  tapi  mereka  juga  masih memiliki  potensi  yang  dapat  dikembangkan  sesuai  dengan  kapasitas  yang  dimiliki  oleh mereka  dan  sesuai  dengan  kebutuhan mereka. Oleh  karena  itu maka  layanan  pendidikan yang diberikan kepada mereka diupayakan dapat mengembangkan potensi mereka  secara optimal  sesuai dengan kebutuhan mereka. Pemahaman  terhadap mereka  baik  secara  teori maupun  praktis  sangat  diperlukan  supaya  para  professional  dapat  memberikan  layanan pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.   

B.       RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar berlakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah adalah sebagai berikut:
1.    Jelaskan pengertian hambatan intelektual atau tunagrahita!
2.    Jelaskan klasifikasi hambatan intelektual!
3.    Jelaskan faktor penyebab terjadinya ketunagrahitaan dan cara pencegahannya!
4.    Jelaskan karakteristik anak tunagrahita!
5.    Jelaskan layanan bimbingan hambatan intelektual
6.    Bagaimana assesmen yang cocok untuk anak tunagrahita!

C.       TUJUAN
Adapun tujuan yang diambil dari rumusan masalah diatas adalah:
1.    Dapat mengetahui pertian hambatan intelektual.
2.    Dapat mengklasifikasikan hambatan intelektual.
3.    Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya ketunagrahitaan dan cara pencegahannya.
4.    Dapat mengetahui karakteristik anak tunagrahita.
5.    Dapat mengetahui layanan bimbingan yang tepat untuk anak tunagrahita.
6.    Dapat mengetahui penilaian yang cocok untuk hambatan intelektual.










BAB II
PEMBAHASAN

A.       DEFINISI TUNAGRAHITA

1.    Peristilahan
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut mereka yang kondisi kecerdasannya di bawah rata-rata. Dalam bahasa Indonesia istilah yang pernah digunakan misalnya otak lemah, lemah ingatan, lemah pikiran, retardasi mental, terbelakangan mental, cacat grahita, dan tunagrahita. Dalam bahasa asing dikenal dengan istilah mental retardation, mental deficincy, mental handicapped, feebleminded, mental subnormality. Istilah lain yang banyak digubakan adalah intellectually handicapped dan intellectually disabled.
Beragam istilah yang digunakan disebabkan oleh perbedaan latar belakang keilmuan dan kepentingan para ahli yang mengemukakannya. Namun demikian, semua istilah tersebut tertuju pada pengertian yang sama, yaitu menggambarkan kondisi terlambat dan terbatasnya perkembangan kecerdasan seseorang sedemikian rupa jika dibandingkan dengan rata-rata atau anak pada umumnya disertai dengan keterbatasan dalam perilaku penyesuaian. Kondisi ini berlangsung pada masa perkembangan.   
2.    Pengertian   
Dalam dunia pendidikan ditemukan anak-anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata anak pada umumnya dan cepat dalam belajar. Disamping  itu ada  juga anak-anak yang memiliki  kecerdasan  di  bawah  rata-rata  pada  umumnya. Anak-anak  yang  memiliki kecerdasan  di  bawah  rata-rata  anak  pada  umumnya  disebut  anak  terbelakang  mental (mentally  retarded),  istilah  resmi  yang  digunakan  di  Indonesia  adalah  anak tunagrahita (PP No. 72  Tahun 1991). Anak tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki kecerdasan di bawa rata-rata  anak  pada  umumnya  dengan  disertai  hambatan  dalam  penyesuaian  diri  dengan lingkungan  sekitarnya. Mereka  mengalami  keterlambatan  dalam  segala  bidang  dan  itu sifatnya  permanen. Rentang memori mereka  pendek  terutama  yang  berhubungan dengan akademik, kurang dapat berpikir abstrak dan pelik. Untuk anak-anak  tunagrahita  tertentu dapat belajar akademik yang sifatnya aplikatif. Anak  tunagrahita  secara  signifikan  memiliki  kecerdasan  di  bawah  rata-rata  anak normal  pada  umumnya,  maknanya  bahwa  perkembangan  kecerdasan  (Mental  Age  atau disingkat MA)  anak  berada  di  bawah  pertumbuhan  usia  sebenarnya. Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami keterbelakangan kecerdasan dan kekurangmatangan aspek mental lainnya dan sosialnya sedemikian rupa, yang terjadi selama masa perkembangan, sehingga untuk mencapai perkembangan yang optimal diperlukan pelayanan dan pengajaran dengan program khusus.
Tunagrahita  berkenaan  dengan  fungsi  intelektual  di  bawah  rata-rata  pada  umumnya yang  terjadi  selama  periode  perkembangan  dan  disertai  dengan  hambatan  dalam  prilaku adaptif. Fungsi intelektual berada dibawah rata-rata pada umumnya berkaitan dengan hasil atau performance pada  tes  inteligensi  yang  standar  sekurang-kurangnya  berada di  bawah satu standar deviasi di bawah rata-rata.
Pada masa  perkembangan maksudnya  bahwa  ketunagrahitaan  itu  terjadi  pada masa-masa  perkembangan  yaitu  pada  rentang  kelahiran  sampai  usia  16  tahun.  Prilaku adaptif berkaitan dengan adaptasi  individu  terhadap kebutuhan  lingkungannya. Hambatan prilaku adaptif dapat digambarkan dalam kematangan, pembelajaran, dan atau penyesuaian sosial. Hambatan prilaku adaptif  dipertimbangkan  sebagai  pemenuhan  syarat-syarat standar dan norma prilaku yang tepat untuk kelompok umur kronologis individu.
B.       KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA
Pengklasifikasian tunagrahita sangat penting dilakukan karena untuk mempermudah guru dalam menyusun program dan melaksanakan layanan pendidikan. Pengklasifikasian inipun bermacam-macam sesuai dengan disiplin ilmu maupun perubahan pandangan terhadap keberadaaan tunagrahita.
Klasifikasi yang digunakan di Indonesia pada saat ini sesuai dengan PP 72 tahun 1991 adalah sebagai berikut:
1.    Tunagrahita ringan IQ nya 50-70
2.    Tunagrahita sedang IQ nya 30-50
3.    Tunagrahita berat dan sangat berat IQ nya kurang dari 30
Selain klasifikasi di atas adapula pengelompokan berdasarkan kelainan jasmani yang disebut tipe klinis. Tipe-tipe klinis yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.    Down sindrome (mongoloid)
2.    Kretin (cebol)
3.    Hydrocephal
4.    Microcepal
5.    Macrocephal

C.       PENYEBAB DAN CARA PENCEGAHAN KETUNAGRAHITAAN
1.    Penyebab
Seseorang menjadi tunagrahita disebabkan oleh berbagai faktor. Para ahli membagi faktor penyebab tersebut atas beberapa kelompok. Strauss membagi faktor penyebab ketunagrahitaan menjadi dua gugus yaitu endogen dan eksogen. Faktor endogen apabila letak penyebabnya pada sel keturunan dan eskohen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya infeksi, virus menyerang otak, benturan kepala yang keras, radiasi, dan lain-lain. (Moh. Amin, 1995:62).
Cara lain yang digunakan dalam pengelompokan faktor penyeban ketunagrahitaan adalah berdasarkan waktu terjadinya, yaitu faktor yang terjadi sebelum lahir (prenatal),  saat kelahiran (natal), dan setelah lahir (postnatal). Berikut ini akan dibahas beberapa penyebab ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik yang berasal dari faktor keturunan maupun faktor lingkungan.
a.    Faktor keturunan
Penyebab kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan meliputi hal-hal berikut:
1)   Kelainan kromosom
2)   Kelainan gene

b.    Ganguan Metabolisme Gizi
Metabolisme dan gizi merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagalan dalam metabolisme dan kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan akan gizi dapat mengakibatkan  terjadinya gangguan  fisik maupun mental  pada  individu. Berikut  ini  akan  dibahas  beberapa  kelainan  yang  disebabkan  oleh kegagalan  metabolisme  dan  kekurangan  gizi  pada  penderitanya  yang  diadaptasi  dari Handbook  of  Care  and  Training  for  Developmental  Abilities  (Japan  League  for  The Mentally Retarded, 1989:10-14).
1)   Phenyketonuria
Kelainan merupakan salah satu akibat gangguan metabolisme asam amino. Diantara  gejala utama yang nampak adalah tunagrahita, kekurangan pigmen, microcephaly, kejang-kejang saraf serta kelainan tingkah laku.
2)  Gargoylism
Gargoylism  disebabkan  oleh  adanya  kerusakan  metabolisme  saccharide  yang  menjadi tempat penyimpanan asam mucopolysaccharide di dalam hati, limpa kecil dan otak. Tanda-tanda  khusus  penderita  adalah  adanya  berbagai  ketidaknormalan  dalam  tinggi  badan, kerangka  tubuh  tidak  proposional,  tengkorak  kepala  besar,  telapak  tangan  lebar  dan pendek, leher yang pendek, lidah besar dan menonjol, persendian kaku, dan tunagrahita.
3) Cretinism 
Kelainan  ini disebabkan oleh hypothyroidism kronik yang  terjadi selama masa janin dan segera setelah dilahirkan. Gejala utama yang nampak adalah adanya ketidaknormalan fisik yang  khas  dan  ketunagrahitaan.  Berat  ringannya  kelainan  tergantung  pada  tingkat kekurangan  thyroxin.  Pada  penderita  ini,  gejala  kelainan  biasanya  nampak  mulai  bulan kelima  setelah  dilahirkan. Gejala  tersebut  diawali  dengan  kurangnya  nafsu makan,  anak menjadi sangat pendiam, jarang tersenyum dan tidur berlebihan. 
c.  Infeksi dan Keracunan
Diantara penyebab  terjadinya ketunagrahitaan adalah  adanya  infeksi dan keracunan yang  mana  terjadi  selama  janin  masih  berada  dalam  kandungan  ibunya.  Infeksi  dan keracunan  ini  tidak  langsung  tapi  lewat  penyakit-penyakit  yang  dialami  ibunya, diantaranya adalah penyakit yang timbul karena virus rubella, syphilis, toxoplasmosis, dan keracunan yang berupa: gravidity syndrome yang beraun, kecanduan alkohol, obata-obatan atau narkotika.
d.  Trauma dan Zat Radioaktif
Ketunagrahitaan dapat juga disebabkan karena terjadinya trauma pada beberapa bagian tubuh khususnya pada otak ketika bayi dilahirkan dan terkena radiasi zat radioaktif selama hamil. 
1)  Trauma Otak
Trauma otak  yang  terjadi  pada  kepala  dapat menimbulkan  pendarahan  intracranial  yang mengakibatkan  terjadinya kecacatan pada otak. Trauma  yang  terjadi pada  saat dilahirkan biasanya disebabkan karena kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantu (tang).  
2)  Zat Radioaktif
Ketidaktepatan  penyinaran  atau  radiasi  sinar  x  selama  bayi  dalam  kandungan mengakibatkan  tunagrahita microcephaly. Janin yang  terkena zat radioaktif pada usia  tiga sampai  enam  minggu  pertama  kehamilan  sering  menyebabkan  kelainan  pada  berbagai organ,  karena  pada  masa  ini  embrio  mudah  sekali  terpengaruh.  Kelainan  yang  nampak antara  lain:  langit-langit yang tinggi, hidung kuda, septum nasal yang melengkung, telinga kecil,  gigi  yang  bertumpuk,  garis  telapak  tangan  seperti  garis  telapak  tangan  kera. Janin yang  terkena  zat  radioaktif  setelah  tiga  bulan  kehamilan mengakibatkan  bayi menderita microcephaly  dan  tunagrhaita  disertai  ketidaknormalan  pada  kulit.  (pigmentasi  dan vertiligo), serta kelainan organ visual.  

e.  Masalah pada Kelahiran
Kelainan  dapat  juga  disebabkan  oleh  masalah-masalah  yang  terjadi  pada  waktu kelahiran  (perinatal),  misalnaya  kelahiran  yang  disertai  hypoxia  dapat  dipastikan  bahwa bayi  yang  dilahirkan  menderita  kerusakan  otak,  menderita  kejang,  nafas  yang  pendek.
f.  Faktor Lingkungan (Sosial Budaya)
Berbagai  penelitian  telah  dilakukan  oleh  para  ahli  untuk  mengetahui  pengaruh lingkungan  terhadap  fungsi  intelek  anak.  Paton  dan  Polloway  (1986:188)  melaporkan bahwa  bermacam-macam  pengalaman  negatif atau kegagalan dalam melakukan  interaksi yang  terjadi selama periode perkembangan menjadi salah  satu penyebab ketunagrahitaan.   Penelitian  lain melaporkan bahwa anak tunagrahita banyak ditemukan pada daerah yang  memiliki  tingkat  sosial  ekonomi  rendah,  hal  ini  disebabkan  ketidakmampuan lingkungan memberikan  stimulus  yang  diperlukan  selama masa-masa  perkembangannya. Misalnya studi yang dilakukan oleh Kirk (Triman P., 1982:25) menunjukkan bahwa anak yang  berasal  dari  dari  keluarga  yang  memiliki  tingkat sosial ekonominya rendah menunjukkan  kecenderungan mempertahankan mentalnya  pada  taraf  yang  sama bahkan prestasi belajarnya semakin kurang seiring dengan meningkatnya usia. Ketidakseimbangan nutrisi/gizi dan perawatan medis baik anak maupun ibu hamil, banyak dijumpai  juga  pada  keluarga  tingkat  sosial  ekonomi  rendah  ini  sehingga menimbulkan efek yang merugikan pada perkembangan anak.  
2.    Usaha pencegahan ketunagrahitaan
Dengan ditemukannya berbagai penyebab ketunagrahitaan sebagai hasil penyelidikan oleh para ahli, seyogyanya diikuti dengan berbagai upaya pencegahannya.
Berbagai alternatif upaya pencegahan yang disarankan antara lain berikut ini.
a.    Penyuluhan genetik, yaitu suatu usaha mengkomunikasikan berbagai informasi mengenai masalah genetika. Penyuluhan ini dapat dilakukan melalui media cetak dan elektonik atau secara langsung melalui posyandu dan klinik.
b.    Diagnostik prenatal, yaitu usaha pemeriksaan kehamilan sehingga dapat diketahui lebih dini aakah janin mengalami kelainan atau tidak.
c.    Imunisasi, dilakukan terhadap ibu hami maupun anak balita. Dengan imunisasi ini dapat dicegah penyakit yang mengganggu perkembangan bayi/anak.
d.   Tes darah, dilakukan terhadap pasangan yang akan menikah untuk menghindari kemungkinan menurunkan benih-benih kelainan.
e.    Melalui program keluarga berencana, pasangan suami istri dapat mengatur kehamilan dan menciptakan keluarga yang sejahtera baik fisik dan psikis
f.     Tindakan operasi, hal ini dibutuhkan bila ada kelahiran dengan resiko tinggi misalnya kekurangan oksigen, adanya trauma pada masa perinatal (proses kelahiran).
g.    Sanitasi lingkungan, yaitu mengupayakan terciptanya lingkungan yang baik, sehingga tidak menghambat perkembangan bayi/anak.
h.    Pemeliharaan kesehatan, terutama pada ibu hamil, penyediaan vitamin, menghindari radiasi dan sebagainya.
i.      Inversi dini, dibutuhkan oleh para orang tua agar dapat membantu perkembangan anaknya secara dini.
Selain cara-cara tersebut di atas terdapat pula cara umum, yaitu dengan meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui peningkatan sosial-ekonomi, penyuluhan kepada masyarakat mengenai pendidikan dini.

D.       KARAKTERISTIK ANAK TUNAGRAHITA
1.    Karakteristik umum
Berikut ini dikemukakan karakteristik anak tunagrahita secara umum berdasarkan adaptasi dari James D. Page (Suhaeri Hn: 1979) sebagai berikut.
a.    Akademik
Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas, lebih-lebih kapasitasnya mengenai hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan membeo (rote learning) dari pada dengan pengertian. Dari ke hari mereka membuat kesalahan yang sama. Mereka cenderung menghindar dari perbuatan berfikir. Mereka mengalami kesukaran memusatkan perhatian dan lapang minatnya sedikit. Mereka juga cenderung cepat lupa, sukar membuat kreasi baru, serta rentang perhatiaanya pendek.
b.    Sosial/Emosinal
Dalam pergaulan, anak tunagrahita tidak dapat mengurus diri, memelihara dan memimpin diri. Ketika masih muda mereka harus dibantu terus karena mereka mudah terperosok ke dalam tingkah laku yang kurang baik. Mereka cenderung bergaul atau bermain dengan ank yang lebih muda darinya. Kehidupan penghayatanya terbatas. Mereka juga tidak mampu menyatakan rasa bangga atau kagum. Mereka mempunyai kerpribadian yang kurang dinamis, mudah goyah, kurang menawan dan tidak berpandangan luas, mereka juga mudah bersugesti atau dipengaruhi sehingga tidak jarang mudah terperosok ke hal-hal yang tidak baik, seperti mencuri, merusak, dan pelanggaran seksual.


c.    Fisik/kesehatan
Baik struktur maupun fungsi tubuh pada umumnya pada anak tunagrahita kurang dari anak normal mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal. Sikap dan gerakannya kurang indah bahkan diantaranya banyak yang mngalami cacat bicara. Pendengaran dan penglihatannya banyak yang kurang sempurna kelainan ini bukan pada organ tetapi pada pusat pengolahan otak sehingga mereka melihat, tetapi tidak memahami apa yang dilihatnya, mendengar, tetapi tidak dapat memahami yang didengarnya.
2.    Karakteristik Khusus
Berikut ini akan dikemukakan karakteristik anak tunagrahita menurut tingkat ketunagrahitaannya.
a.    Karakteristik tunagrahita ringan
Meskipun tidak dapat menyamai anak normal yang seusia dengannya mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Pada usia 16 tahun atau lebih mereka dapat mempelajari bahan yang tingkat kesukarannya sama dengan kelas 3 atau kelas 5 SD. Kematangan belajar membaca baru dicapainya pada umur 9 tahun sampai 12 tahun sesuai dengan berat dan kelainannya. Sesudah dewasa banyak diantara mereka yang mampu berdiri sendiri. Pada usia dewasa kecerdasaanya mencapai usia anak normal 9 dan 12 tahun.
b.    Karakteristik anak tunagrahita sedang
Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik. Perkembangan bahasanya lebih terbatas dari anak tunagrahita ringan. Mereka berkomunikasi dengan beberapa kata. Mereka dapat membaca dan menulis, seperti namanya sendiri, alatnya, nama orangtuanya dan lain-lain. Dan mereka mengenal angka-angka tanpa mengerti artinya.
c.    Karakteristik anak tuangrahita berat dan sangat berat
Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepenjang hidupnya selalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidakdapat memelihara diri sendiri (makan, berpakaian, ke WC, dan sebaginya harus dibantu). Mereka tidak dapat membedakan bahaya dan tidak bahaya. Mereka juga tidak dapat berbicara kalaupun berbicara mereka hanya mampu mengucapkan kata-kata atau tanda sederhana saja.
3.    Karakteristik/ ciri-ciri pada masa perkembangan
Pengenalan ciri-ciri pada perkembangan ini sangat penting artinya, karena segara dapat diketahui tanpa mendatangkan ahli terlebih dahulu. Beberapa ciri dapat dijadikan indikator adanya kecurigaan berbeda dengan anak pada umumnya menurut Triman Prasadio (1982) adalah sebagai berikut.
a.    Masa bayi
Ciri-ciri bayi tunagrahita tampak mengatuk saja, apatis, tidak pernah sadar, jarang menagis, kalau mengais terus menerus, tarlambat duduk, bicara, dan berjalan.
b.    Masa kanak-kanak
Ciri-ciri tunagrahita ringan (yang lambat) memperlihatkan ciri-ciri sukar mulai dengan sesuatu, sukar untuk melanjutkan sesuatu, mengerjakan sesuatu berulang-ulang, tetapi tidak ada variasi, tampak penglihatannya kosong, melamun, ekspresi muka tanpa ada pengertian. Tunagrahita ringan (yang cepat) memperlihatkan ciri-ciri mereaksi cepat tetapi tidak tepat tampak aktif sehingga memberi kesan bahwa ank ini pintar. Pemutusan perhatian sedikit, hiperaktif, bermain dengan tngannya sendiri, cepat bergerak tanpa dipikirkan terlebih dahulu.
c.    Masa sekolah
Ciri-ciri yang mereka munculkan adalah:
1.    Adanya kesulitan belajar pada hampir semua mata pelajaran (membaca, menulis dan berhitung)
2.    Prestasi yang kurang
3.    Kebiasaan kerja yang tidak baik
4.    Perhatian yang kurang beralih
5.    Kemampuan motorik yang kurang
6.    Perkembangan bahasa yang jelek
7.    Kesulitan menyesuaikan diri

4.    Masa puber
Ciri-cirinya pertumbuhan fisik berkembang normal, tetapi perkembangan berfikir dan kepribadian dibawah usianya. Akibatnya ia mengalami kesulitan dalam pergaulan dan mengendalikan diri. Perubahan yang dimiliki remaja tunagrahita sama halnya dengan remaja biasa.
E.       KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN JENIS PELAYANAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA
1.      Kebutuhan pendidikan
Sama halnya dengan anak normal anak tunagrahita membutuhkan pendidikan. Pendidikan dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh individu.

a.     Landasan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
1)      Landasan sebagai alasan adanya kebutuhan pendidikan bagi anak tunagrahita.
2)      Landasan sebagai perlunya pencapaian kebutuhan pendidikan bagi anak tunagrahita.
3)      Landasan sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan pendidikan.
4)      Tujuan pendidikan anak tunagrahita.

Kelainan anak tunagrahita mengalami kesukaran dalam mencoba menghampiri tujuan pendidikan nasional. Untuk itu diperlukan usaha untuk merumuskan tujuan khusus pendidikan anak tunagrahita. Tujuan pendidikan anak tunagrahita seperti yang di ungkapkan oleh Kirk (1986) adalah (a) dapat mengembangkan potensi dengan sebaik baiknya;(b) dapat menolong diri, berdiri sendiri, dan berguna bagi masyarakat; (c) memiliki kehidupan lahir batin yang layak.

2.      Jenis layanan bagi anak tunagrahita
Pendidikan luar biasa khususnya pendidikan anak tunagrahita bukanlah program pendidikan yang seluruhnya terpisah dan berbeda dari pendidikan umum. Pendidikan luar biasa yang termasuk pendidikan tunagrahita hanyalah menunjuk kepada aspek-aspek yang unik seperti hal-hal yang merujuk jarak khusus karena kelainannya, untuk ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan jenis layanan anak tunagrahita.
1.    Tempat dan sistem layanan
a)   Tempat khusus atau sistem segregasi
Tempat pendidikan yang termasuk sistem segregasi adalah sebagai berikut:
1)   Sekolah khusus
2)   Sekolah dasar luar biasa
3)   Kelas jauh
4)   Guru kunjung
5)   Lembaga perawatan

b)   Di sekolah umum dengan sistem integrasi
Berikut ini beberapa tempat pendidikan yang termasuk sistem integrasi (adaptasi dari Moh. Amin 1995)
1)   Di kelas biasa tanpa kekhususan baik bahan pelajaran maupun guru
2)   Di kelas biasa dengan guru konsultan
3)   Di kelas biasa dengan guru kunjung
4)   Di kelas biasa dengan ruang sumber
5)   Di kelas khusus sebagian waktu
6)   Kelas khusus

2.    Ciri khas pelayanan
a.    Ciri-ciri khusus
1)   Bahasa yang digunakan
2)   Penempatan anak tunagrahita di kelas
3)   Ketersediaan program khusus

b.   Prinsip khusus
1)   Prinsip skala perkembangan mental
Prinsip ini menekankan pada pemahaman guru mengenai usia kecerdasan anak tunagrahita.
2)   Prinsip kecekatan motorik
Melalui prinsip ini anak tunagrahita dapat mempelajari sesuatu dengan melakukannya.
3)   Prinsip keperagaan
Dengan alat peraga anak tunagrahita tidak verbalisme atau memiliki tanggapan mengenai apa yang dipelajarinya.

4)   Prinsip pengulangan
Dalam mengajarkan anak tunagrahita janganlah cepat-cepat maju atau pindah ke bahan berikutnya sebelum guru yakin betul bahwa anak telah memahami bahan yang dipelajarinya.
5)   Prinsip kolerasi
Bahan pelajaran dalam bidang tertentu hendaknya berhubungan dengan bidang lainnya.
6)   Prinsip maju berkelanjutan
Pelajaran diulangi terlebih dahulu dan apabila anak menunjukan kemajuan segera diberi bahan berikutnya.
7)   Prinsip individualisasi
Menekankan perhatian dan pada perbedaan individual anak tunagrahita, belajar sesuai dengan iramanya sendiri namun harus berinteraksi dengan teman atau lingkungannya

3.    Strategi dan media
a.    Strategi pembelajaran pada anak tunagrahita pada prinsipnya sama tidak berbeda dengan pendidikan pada umumnya. Pada prinsipnya menentukan strategi pembelajaran harus memperhatikan tujuan pelajaran, karakteristik murid dan ketersediaannya sumber.
b.   Media
Media pembelajaran yang digunakan pada pendidikan anak tunagrahita tidak berbeda dengan media yang digunakan dengan pada pendidikan anak biasa. Hanya saja membutuhkan media seperti alat bantu belajar yang lebih banyak mengingat keterbatasan kecerdasan intelektualnya.
4.    Evaluasi
Memang pada dasarnya tujuan evaluasi sama dengan evaluasi pada pendidikan anak biasa yakni untuk mengetahui kemampuan dan ketidakmampuan anak sehingga dapat menentukan tindakan selanjutnya. Berikut ini akan dikemukakan ketentuan-ketentuan khusus dalam melaksanakan evaluasi belajar anak tunagrahita.
a.    Waktu mengadakan evaluasi belajar anak tunagrahita tidak saja dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berakhir atau pada waktu yang telah ditetapkan, seperti waktu tes prestasi belajar atau tes hasil belajar, tetapi tidak kalah pentingnya evaluasi selama proses belajar mengajar.
b.   Alat evaluasi yangdigunakan pada pendidikan anak normal maka alat evaluasi yang diguanakan untuk menilai hasil belajar anak tunagrahita tidk berbeda, kecuali dalam bentuk dan urutan penggunaannya.
c.    Kriteria keberhasilan pada anak tunagrahita adalah longitudine maksudnya penilaian yang mengacu pada perbandingan prestasi individu atas dirinya sendiri yang dicapainya kemarin dan hari ini.
d.   Pencatatan hasil evaluasi anak tunagrahita berbentuk kuantitatif tetapi ini saja tidak cukup jadi harus ditambahkan dengan kualitatif.

Proses belajar yang terbaik untuk semua orang adalah dengan “learning by doing” yaitu belajar melalui kegiatan nyata untuk memperoleh pengalaman. Inilah yang dimaksud dengn “belajar aktif’, atau “pembelajaran partisipatori”. Artinya, anak mempelajari pengetahuan / keterampilan baru melalui berbagai kegiatan dan metode pembelajaran.





BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami keterbelakangan kecerdasan dan kekurangmatangan aspek mental lainnya dan sosialnya sedemikian rupa, yang terjadi selama masa perkembangan, sehingga untuk mencapai perkembangan yang optimal diperlukan pelayanan dan pengajaran dengan program khusus.
Adapun cara mengidentifikasi seorang anak termasuk tunagrahita yaitu melalui beberapa indikasi sebagai berikut:
1.    Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar,
2.    Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
3.    Perkembangan bicara/bahasa terlambat
4.    Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
5.    Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),
6.    Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).
Ketunagrahitaan disebabkan oleh faktor keturunan danbukan keturunan. Faktor keturunan kerusakan pada sel keturunan, seperti kerusakan kromosom, gen dan salah satu atau kedua orang tua menderita kelainan atau hanya sebagai pembawa sifat. Faktor diluar sel keturunna diantaranya karena faktor kekurangan gizi, kecelakaan dan gangguan metabolisme.
Secara umum karakteristik anak tunagrahita ditinjau dari segiakademik, sosial/emosional, fisik/kesehatan. Disamping perlu pula ditinjau berat dan ringannya ketunagrahitaan sehingga perlu dibahas karakteristik ketunagrahitaan ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat dan sangat berat.
Tempat pendidikan anak tunagrahita ialah tempat khusus terutama bagi anak tunagrahita yang kelainannya sedang dan berat. Sedangkan tunagrahita ringan dapat ditempatkan di sekolah umum dengan segala variasinya yang disesuaikan dengan keadaan anak tersebut.
Evaluasi belajar anak tunagrahita mengacu pada evaluasi belajar anak biasa. Hanya saja perlu dimodivikasi dalam waktu pelaksanaan evaluasi, alat evaluasi, kriteri keberhasilan dan pencatatan hasil evaluasi.
B.      SARAN
Kita sebagai sesama manusia hendaknya saling menghormati dan menolong antar sesama, begitupula dengan penyandang tunagrahita. Mereka sama seperti kita dan ingin diperlakukan sama, mendapat perhatian dan pendidikan yang layak agar mereka dapat menolong mereka sendiri tanpa bantuan orang lain dan berguna bagi masyarakat. 

DAFTAR PUSTAKA

Astanti. Dkk. (2002). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Putragaluh. Deden. (2011). Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. [Online].Tersedia: http://dedenputragaluh.blogspot.com/2011/11/bimbingan-anak-berkebutuhan-khusus.html  [10 Oktober 2012]
_. (2012). Definisi Anak Berkebutuhan Khusus. [Online]. Tesedia: http://griyasavingnet.blogspot.com/2012/02/definisi-anak-berkebutuhan-khusus.html  [10 Oktober 2012]
___. (2010). Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus. [Online]. Tersedia: http://iryafickry.wordpress.com/2010/05/02/karakteristik-anak-berkebutuhan-khusus/  [10 Oktober 2012]
___. (2012). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. [Online]. Tersedia: http://11071nfs.blogspot.com/2012/05/pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus.html  [10 Oktober 2012]
___. (2011). Bimbingan Anak Bekebutuhan Khusus.[Online]. Tersedia: http://achmadblue.blogspot.com/2011/03/bimbingan-anak-berkebutuhan-khusus.html  [10 Oktober 2012]

 

1 komentar: